Siaran Pers AJI Jakarta
AJI Jakarta – Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta menggelar webinar memperingati Hari Peringatan Tanpa tembakau Sedunia dengan tema Dinamika Revisi PP Pengamanan Zat Adiktif: Prioritas Kesehatan vs Dalih Ekonomi. Kegiatan ini diikuti sebanyak 39 peserta dari jurnalis maupun komunitas.
Dalam webinar kali ini, AJI Jakarta menghadirkan narasumber seperti
Istanto, (Mantan Petani Tembakau di Magelang);
Netty Prasetiyani (Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi Partai Keadilan Sejahtera); Faisal Basri (Pengamat Ekonomi Senior); dan Rama Prima Syahti Fauzi, (Analis Kebijakan Ahli Madya, Koordinator Pengendalian Penyakit Kemenko PMK).
Para narasumber menyoroti mengenai Peraturan Pemerintah 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan belum membendung jumlah perokok anak yang terus meningkat. Merujuk Riset Dasar Kesehatan Dasar (Riskesda), prevalensi perokok anak naik menjadi 9,1 persen pada 2018 ketimbang tahun 2013 sebesar 7,1 persen.
Dalam webinar kali ini, Netty Prasetiyani
menapik narasi yang berkembang bahwa proses revisi PP 109/2012 akan memiskinkan petani tembakau. Padahal revisi PP 109 tidak mengatur sektor hulu atau pertanian tembakau yang harganya kerap ditentukan oleh industri tembakaunya. Tak hanya itu, pengusaha bebas impor tembakau dengan nilai besar namun pada sisi lain harga tembakau lokal tak berpihak ke petani. Menurut dia, tujuan merevisi aturan ini melindungi penduduk usia produksi, anak-anak dan perempuan dari asap rokok orang lain.
“Revisi diperkuat oleh petani dan tetap bisa melanjutkan kehidupan dari PP 109/2012, sejatinya tujuan peraturan pemerintah ini,” ucap Netty, Selasa, 14 Juni 2021.
Dalam kesempatan yang sama, Istanto menjelaskan bahwa menjadi petani tembakau tidak menjamin kesejahteraan. Menurut dia, harga tembakau terlalu mudah dipermainkan oleh tengkulak sehingga berpotensi merugikan petani. “Alasan beralih ke ubi dengan perbandingan dan perhitungan tadi lebih menguntungkan dibandingkan dengan tanaman yang lain (tembakau),” ucap Istanto,” kata petani asal Magelang ini.
Ekonom senior, Faisal Basri menyebutkan kisah yang disampaikan oleh Istanto merupakan bukti bahwa petani tembakau tidak memiliki pilihan lain hanya mitos. Menurut dia, ketika membuka diri terhadap peluang baru maka petani bisa meningkatkan pendapatan.
“Setiap perubahan membutuhkan penyesuaian dan rakyat itu terbukti mampu untuk beradaptasi dan mengarungi peluang-peluang baru, era baru, dan tantangan baru,” ungkapnya.
Mengenai revisi PP 109/2012,
Rama Prima Syahti Fauzi mengatakan beberapa kementerian yang terkait dengan regulasi belum menemukan titik temu. Walaupun proses perubahan sudah berada di meja Presiden Joko Widodo.
Narahubung:
AJI Jakarta (O819-3500-7007)