Lomba karya jurnalistik mengangkat tema terkait petani dan buruh dalam upaya pengendalian tembakau yang digelar oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta bersama Komite Nasional Pengendalian Tembakau (Komnas PT) resmi berakhir. Lomba yang dimulai pada 25 Juni-31 Juli 2021 itu diikuti oleh 20 orang peserta yang berasal dari seluruh Indonesia.
Selanjutnya, pengumpulan karya dilakukan pada periode 25 Juni-31 Juli 2021, dilanjutkan dengan penjurian pada 3-6 Agustus 2021. Adapun juri yang terlibat dalam penentuan para pemenang adalah Nina Samidi (Komnas PT), Dewi Safitri (CNN Indonesia TV) dan Ahmad Nurhasim (AJI Jakarta).
Para juri akhirnya sepakat untuk memutuskan 2 orang pemenang, berdasarkan sejumlah kriteria, seperti: kesesuaian tema dan perspektif TC, kepatuhan terhadap kode etik jurnalistik, orisinalitas dan angle (sudut pandang), kelengkapan dan konteks. Juri hanya memilih dua pemenang, karena hanya dua pemenang tersebut yang memenuhi seluruh aspek penilaian dari para juri.
Dalam lomba kali ini, juara pertama jatuh kepada Kismi Dwi Astuti (Pikiran Rakyat) dengan judul “Petani Tembakau, Buruh Rokok dan Pengendalian Tembakau (1) & (2)”. Juara kedua diraih oleh Francisca Christy Rosana (Tempo) dengan judul “Setengah Hati Mengendalikan Tembakau, Petani Diduga jadi Alat Mobilisasi”. Total hadiah yang diraih peserta adalah Rp10.000.000,00.
Seusai penjurian, Nina Samidi mengapresiasi seluruh karya yang masuk. Menurutnya, kegiatan ini mampu membangun perspektif terkait pengendalian tembakau dalam diskursus petani dan buruh tembakau yang selama ini sering dibenturkan hingga dipolitisasi untuk menentang kebijakan pengendalian tembakau. “Para penulis tentu saja memiliki pandangan masing-masing yang tampak dalam tulisan-tulisannya, yang memperlihatkan dinamika polemik isu ini,” katanya.
Sebagai produk jurnalistik, Nina menyesalkan masih adanya karya yang tidak menyajikan tulisan secara berimbang dan dilengkapi data/fakta dari lapangan. “Hal itu masih sulit dicari dari karya-karya yang masuk, karena itu saya mengapresiasi mereka yang sudah berusaha menggali informasi dari berbagai sisi untuk memberikan “makanan bergizi” pada masyarakat, terlebih dengan teknis penulisan yang enak dibaca,” terangnya.
Ia juga mengapresiasi berbagai karya yang berpihak terhadap pengendalian tembakau, sebagai kewajiban moral jurnalis terhadap kepentingan publik, termasuk juga kesehatan masyarakat.
“Saya mewakili Komnas Pengendalian Tembakau mengucapkan terima kasih atas upaya yang dilakukan. Ini pekerjaan rumah yang tidak mudah, tapi saya yakin bisa dilakukan, demi Indonesia yang sehat,” katanya.
Sementara itu, Ahmad Nurhasim, selaku perwakilan AJI Jakarta menilai penentuan pemenang tidak mudah, karena ada banyak variabel. Variabel tersebut saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya, termasuk kaitannya dengan kode etik jurnalistik.
Secara umum Nurhasim menilai, karya yang diikutkan lomba masih bersifat straight news yang hanya memuat informasi terkini tentang peristiwa yang sedang hangat, aktual, dan penting. “Hanya saja, di lomba seperti ini, kita butuh lebih dari itu. Kita butuh dimensi tentang orang dan sayangnya hal itu tidak muncul,” ucapnya.
Nurhasim juga mengeluhkan, banyaknya tulisan yang kehilangan sudut pandang tentang persoalan besar yang dihadapi petani tembakau dan buruh industri rokok. “Banyak yang terjebak dengan hal-hal kecil, padahal persoalan petani secara makro tidak muncul secara mendalam,” ujarnya.
Senada dengan hal itu, Dewi Safitri menegaskan bahwa industri rokok tidak sustainable terutama untuk alasan kesehatan. “Karena itu perlu lebih banyak liputan yang menawarkan alternatif solusi, sehingga para petani dan buruh industri mendapat penghidupan lebih baik,” ujarnya.
Selain itu, jurnalis juga diharapkan berperan untuk bisa menjawab sejumlah persoalan terkait isu pengendalian tembakau, seperti: bentuk dukungan apa yang dibutuhkan oleh petani dan buruh industri rokok, bagaimana keterlibatan mereka, termasuk siapa saja yang diuntungkan dari industri tembakau di Indonesia.
Khusus terkait pemenang, Dewi mengatakan, pandemi telah membatasi pilihan dalam hal tema, termasuk bagaimana jurnalis menerjemahkannya ke dalam peliputan. “Meski terbatas, masih ada jurnalis yang memberi perhatian terhadap isu pengendalian tembakau dan kompleksitasnya, terutama dikaitkan dengan posisi petani. Karya-karya terpilih ini mencerminkan hal itu,” terangnya.
Narahubung
AJI Jakarta
081935007007